IMM Perlu Hadir dalam Ruang Strategis Bangsa: Politik Bernurani dan Peta Kebangsaan Berbasis Nilai
Di tengah dinamika sosial-politik Indonesia yang semakin kompleks, kehadiran aktor intelektual muda yang memiliki komitmen nilai menjadi sangat penting. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi kader umat dan bangsa, tak cukup hanya menjadi penonton. IMM harus turut serta hadir dalam ruang strategis kebangsaan, membawa narasi politik yang bernurani dan berakar kuat pada nilai-nilai luhur.
IMM dan Tanggung Jawab Moral terhadap Bangsa
IMM bukan hanya organisasi mahasiswa biasa. Ia merupakan wadah kaderisasi ideologis yang melahirkan pemikir, pemimpin, dan penggerak perubahan sosial. Dalam konteks kebangsaan, IMM memikul tanggung jawab moral untuk:
- Menjaga integritas dan kejujuran dalam ruang publik,
- Menjadi penengah di tengah polarisasi politik,
- Mendorong partisipasi publik berbasis nilai, bukan ambisi kekuasaan semata.
Politik Bernurani: Jalan Tengah bagi Generasi Muda
IMM perlu menghidupkan kembali makna politik yang sesungguhnya—bukan politik transaksional, tetapi politik bernurani, yaitu politik yang bertumpu pada nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan kebaikan bersama.
Politik bernurani berarti:
- Tidak menggadaikan idealisme demi pragmatisme,
- Tidak menormalisasi kebohongan demi kekuasaan,
- Tidak menjauhkan rakyat dari pengambilan keputusan.
IMM harus menjadi teladan dalam membangun etika publik dan mendorong literasi politik yang sehat di kalangan mahasiswa dan masyarakat.
Membaca Ulang Peta Kebangsaan: IMM Harus Proaktif
Peta kebangsaan Indonesia saat ini sarat dengan tantangan:
- Polarisasi identitas,
- Ketimpangan sosial-ekonomi,
- Krisis kepercayaan terhadap institusi politik,
- Kelemahan penegakan hukum dan demokrasi.
Dalam situasi ini, IMM tidak boleh bersikap netral secara nilai. IMM harus berpihak pada keadilan, memperkuat narasi kebangsaan yang inklusif, dan mendorong rekonsiliasi sosial berdasarkan nilai-nilai Islam yang berkemajuan.
IMM di Ruang Strategis: Bukan Sekadar Seremonial
Kehadiran IMM di ruang strategis tidak boleh hanya simbolis atau seremonial. IMM harus benar-benar masuk dalam:
- Forum-forum kebijakan publik,
- Ruang advokasi kebijakan pro-rakyat,
- Kolaborasi strategis dengan elemen bangsa lainnya,
- Pusat-pusat kajian dan think tank kebangsaan.
Dengan begitu, IMM dapat menjadi suara moral dan intelektual di tengah kerumitan nasionalisme yang sedang teruji.
Menghidupkan Kembali Visi Intelektual Progresif
IMM harus konsisten melahirkan kader yang tidak hanya vokal, tetapi juga tajam dalam analisis dan solusi. Ruang intelektual IMM harus menghidupkan kembali:
- Budaya diskusi ilmiah,
- Literasi politik dan ideologi,
- Kajian kebijakan berbasis data dan nilai,
- Aksi sosial yang relevan dengan kebutuhan rakyat.
Kesimpulan: IMM Harus Berdiri di Garis Depan Perubahan
IMM tak bisa hanya berpuas diri sebagai pewaris sejarah panjang perjuangan Muhammadiyah. IMM harus berani hadir, berbicara, dan bertindak di ruang strategis kebangsaan dengan membawa politik bernurani dan peta kebangsaan berbasis nilai. Inilah saatnya IMM menjadi bagian dari solusi bangsa, bukan hanya pengamat kritis.
FAQ: IMM dan Ruang Strategis Bangsa
- Apa yang dimaksud dengan politik bernurani?
Politik bernurani adalah pendekatan politik yang dilandasi etika, nilai kemanusiaan, dan keadilan sosial, bukan kepentingan pragmatis semata. - Mengapa IMM harus terlibat dalam ruang strategis bangsa?
Karena IMM memiliki peran sebagai kader ideologis dan moral yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional. - Apa saja tantangan utama kebangsaan saat ini?
Polarisasi sosial, krisis kepercayaan publik, ketimpangan ekonomi, dan degradasi nilai dalam politik. - Bagaimana IMM bisa memengaruhi kebijakan publik?
Dengan membangun basis riset, advokasi kebijakan, dan keterlibatan langsung dalam forum-forum strategis nasional. - Apa kontribusi nyata IMM di masa depan?
Mencetak pemimpin muda yang berkarakter, memperkuat etika publik, dan menjaga arah demokrasi Indonesia agar tetap sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa.