–
Beberapa waktu yang lalu, Dedi Mulyadi terlihat kesal dengan para pendukung Persikas Subang. Akibatnya, dia menuntut agar politisi tidak lagi mengambil keuntungan dari pemuda serta olahraga sepak bola.
Sebelumnya, sang gubernur dari Jawa Barat tersebut sebenarnya telah mengaku merasa kesal dengan para penggemar Persikas Subang saat suatu kejadian berlangsung.
Nganjang ka Warga
Acara yang berlangsung di Sukamandi, Ciasem, Subang, pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2025. Saat itu, Dedi menyatakan bahwa dia benar-benar perlu marah dalam kejadian tersebut.
Dedi tidak keberatan jika momennya yang sedang marah saat itu direkam oleh berbagai kamera. Pada akhirnya hal tersebut akan dijadikan sebagai bahan olok-olok dalam dunia politik.
“Bila saatnya tiba untuk marah, maka aku perlu mengungkapkannya. Banyak kamera yang membidikku dan dijadikan sebagai bahan spekulasi politik, hal tersebut tak jadi soal bagiku,” terang Dedi Mulyadi seperti dilansir Kompas.com pada hari Selasa, 3 Juni 2026.
Di luar itu semua, gubernur Jawa Barat tersebut juga menyentuh masalah peran beberapa individu yang menggunakan pemuda dan remaja dalam urusan politik. Selain itu, ia juga mengomentari tentang manajemen klub sepak bola profesional di Kabupaten Subang yang menurutnya sebaiknya tidak campur tangan pihak pemerintahan setempat.
“Perusahaan yang menjalankan tim sepak bola profesi wajib memperhatikan segi finansial dalam tata kelolanya. Pihak pemerintahan setempat sebaiknya tidak terlibat dalam pengaturan tim tersebut,” jelas Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi pun mengungkapkan keprihatinannya terkait partisipasi anak-anak remaja dalam kegiatan itu. Dia bahkan curiga beberapa pemuda telah meminum alkohol.
“Anak-anak tersebut kurang mandiri. Mereka berasal dari lokasi yang cukup jauh satu sama lain, dan saya curiga beberapa di antara mereka mungkin telah mengonsumsi sesuatu sebelumnya,” ungkap Dedi Mulyadi.
Selanjutnya, Dedi Mulyadi juga menegaskan kembali pesannya kepada para politisi untuk tidak menggunakan anak muda dan sepak bola sebagai senjata dalam kegiatan politik.
Saya berharap para politisi yang terlibat di sini akan mengakhiri praktik politik tidak etis yang melibatkan penggunaan pemuda dan remaja untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka.
Marilah kita tetap profesional, urusan politik biarkan dalam ranah politik, dan olahraga dibiarkan di bidangnya masing-masing,” demikian pernyataan Dedi Mulyadi yang dilansir dari Tribunnews.com.
Dedi pun mengharapkan para politikus agar lebih berfokus pada masalah-masalah sosial yang lebih mendesak. Apalagi terkait dengan semakin banyaknya anak dan remaja yang tidak memiliki figur bapa.
“Diperkirakan hari ini banyak anak-anak yang merasa ditinggalkan oleh sang bapak. Hal itu terjadi bukan lantaran bapa mereka telah tiada, melainkan sebab para ayah tersebut tak dapat lagi memfasilitasi pendidikan bagi si buah hati,” ungkap Dedi Mulyadi. (*)