Dewi Astutik dari Ponorogo: Hubungan Tak Terduga dengan Sindikat Narkoba Afrika

Dewi Astutik dari Ponorogo: Hubungan Tak Terduga dengan Sindikat Narkoba Afrika


, Jakarta –

Ternyata tidak disangka, Dewi Astutik justru memiliki keterkaitan dengan sindikat narkoba asal Afrika yang beroperasi di Kamboja.

Diketahui nama Dewi Astutik baru-baru ini mencuat sebagai buronan Interpol atas kasus peredaran narkoba.

Bahkan Dewi Astutik disebut sebagai bos kurir narkoba yang membawahi 110 WNI.

Anak asuh Dewi Astutik ada yang tertangkap di sejumlah negara seperti Brasil, Kamboja, hingga Korea Selatan.

Dewi Astutik merupakan bagian dari sindikat obat bius global yang dikenal sebagai Golden Triangle.

Warga dari Ponorogo, Jawa Timur, berinisial Dewi Astutik, yang saat ini dicari oleh Interpol, rupanya memiliki catatan kriminal yang serius.

Kapolres Ponorogo, AKBP Andin Wisnu Sudibyo, menyatakan bahwa Dewi telah lama bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI).

“Sudah lama jadi PMI,” ungkap Andin, Rabu (28/5/2025), dilansir Kompas.com.

Hal serupa turut disampaikan Kepala Dusun domisili Dewi sesuai Kartu Tanda Penduduk, Gunawan.

Diketahui, berdasarkan KTP-nya, Dewi berdomisili di Dusun Sumber Agung, Desa/Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Menurut Gunawan, Dewi sempat berkarir di Hongkong dan Taiwan.

Berita terkini, Dewi mengucapkan selamat tinggal pada famili sebelum pergi bekerja ke Kamboja.

“Bekerja di luar negeri memang benar dan ia telah lama meninggalkan tanah airnya. Dia sempat berkarya di Hong Kong dan Taiwan, sementara yang paling baru dikabarkan adalah di Kamboja,” ungkapnya pada hari Selasa (27/5/2025) seperti dilaporkan oleh Surya.co.id.

Akan tetapi, perjalanan Dewi menuju Kamboja justru meninggalkan berbagai ketidakbiasaan.

Dia dikenal menggunakan identitas palsu dari keluarganya.

Dia dikenal dengan nama sebenarnya PA.

“Bila foto dan alamat yang tersebar tersebut dikenali sebagai PA, dia memang penduduk setempat. Namun, mengenai nama Dewi Astutik, kami tidak familiar dengan orang ini,” jelas warga dari Dusun Sumber Agung, Sri Wahyuni.

“Ibu tersebut (Dewi Astutik) sebenarnya memiliki KTP dari Ponorogo. Dokumen identitas awalnya dimanipulasi oleh keluarganya. Meskipun dia berasal dari daerah sana, namun Kartu Tanda Penduduknya palsu,” jelas Andin secara terpisah.


Terendusnya Nama Dewi Astutik

Nama Dewi Astutik muncul ke publik saat Badan Narkotika Nasional sukses mengungkap penyebaran narkoba berupa heroin dengan bobot 2,76 kilogram di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Narkoba tersebut disita dari laki-laki bernama samar ZM pada tanggal 24 September 2024 saat dia baru saja sampai di Terminal 3 Area Kedatangan Bandara.

ZM dikenal karena menggunakan pesawat yang berbasis di Singapura.

Pada saat pemeriksaan, ZM menyatakan bahwa narkotika jenis heroin yang ia bawa akan diberikan kepada SS.

BNN kemudian bergegas untuk menangkap SS dan ternyata mendapatkan informasi tentang tersangka lain bernama AH.

ternyata, AH lah yang memberikan perintah kepada ZM dan SS agar mendapatkan heroin dari Dewi Astutik di Kamboja.

Berdasarkan arahan tersebut, BNN pada akhirnya menangkap AH di Medan, Sumatera Utara.


Bos Kurir Narkoba

Dewi Astutik dikenal sudah menjadi bagian dari sindikat obat terlarang global, Golden Triangle.

Di organisasi tersebut, Dewi memegang peranan penting terkait penyebaran obat-obatan terlarang.

Dia adalah pemimpin serta penjaring kurir-kurir yang mayoritas berasal dari Indonesia.

Ini terungkap usai Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta Angkatan Laut melakukan penangkapan dua ton narkoba jenis shabu-shabu yang berasal dari kapal MT. Sea Dragon Tarawa di wilayah Kepulauan Riau pada tanggal 22 Mei 2025.

Keempat anggota kru kapal yang merupakan warga negara Indonesia (WNI) dikenali sebagai orang-orang yang berkaitan dengan Dewi.

“Bisa dipastikan bahwa tiket-tiket tersebut untuk kurir-kurir itu telah dipesan oleh individu-individu terkait dengan Dewi Astutik,” jelas Kepala BNN, Komjen, Marthinus Hukom, pada acara Rosi yang ditayangkan KompasTV.

“Dewi Astutik memiliki peranan signifikan dalam tahap perekrutan ini,” tambahnya.

Tanpa setengah-setengah, menurut Marthinus, Dewi kini sudah memimpin sejumlah besar kurir narkoba yang mayoritas adalah warga negara Indonesia.

Bahkan, hingga saat ini, ada lebih dari 110 WNI ‘asuhan’ Dewi yang ditangkap di berbagai negara, seperti Brasil, Kamboja, hingga Korea Selatan.

“Lebih dari 110 warga negara Indonesia telah diamankan di berbagai belahan dunia lainnya, seperti yang terjadi di Brasil, Addis Ababa (ibukota Ethiopia), India, Kamboja, Thailand, dan Korea. Semua ini muncul saat kami menanyakan informasi tersebut; mereka merupakan sebagian dari kasus Dewi Astutik,” jelas Marthinus.


Terafiliasi Sindikat Afrika

Sebagai seorang pemimpin dan penyeleksi kurir, Dewi Astutik diyakini erat kaitannya dengan berbagai sindikat obat-obatan terlarang yang lain.

Komjen Marthinus Hukom mengatakan bahwa Dewi berada dalam kelompok pemimpin di Golden Triangle, walaupun tidak sebagai yang paling senior.

Karena itu, selain mengendalikan banyak kurir obat bius, Dewi juga memiliki hubungan dengan jaringan kriminal dari benua Afrika yang aktif di Thailand dan Semenanjung Malaysia.

Dewi ini telah menjadi seperti pemimpin utama dari jaringan ini (Golden Triangle). Namun, saya percaya dia bukanlah yang paling senior di antara mereka,” ungkap Marthinus.

“Koneksi dia adalah dengan sindikat dari Afrika yang aktif di Thailand dan semenanjung Malaya,” tambahnya.


Kini Jadi Buron Interpol

BNM sudah meminta Red Notice atas nama Dewi Astutik ke Interpol.

Dewi telah masuk daftar pencarian polisi sejak tahun 2024.

Saatinya, BNN sedang berkolaborasi dengan BIN guna melacak keberadaan Dewi.

“Kita berkolaborasi dengan BIN (Badan Intelijen Nasional) dalam pencarian Dewi Astutik di Kamboja serta wilayah-wilayah terdekat,” ungkap Komjen Marthinus Hukom.


( /
Tribunnews.com
)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *