Pakar Reveals Dedi Mulyadi: Rahasia Baru yang Ganggu Dominasi Pramono dan Jakarta dalam Politik Nasional

Pakar Reveals Dedi Mulyadi: Rahasia Baru yang Ganggu Dominasi Pramono dan Jakarta dalam Politik Nasional



Pakar politik Adi Prayitno menyebutkan elemen penting dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang memungkinkannya untuk menantang kedudukan dominan Jakarta serta gubernurnya, Pramono Anung, dalam arena politik nasional.

Daya tarik mantan Bupati Purwakarta yang terkenal karena berbagai keputusan pemerintahannya serta popularitasnya berhasil menarik perhatian publik secara massif.

Secara perlahan, Jakarta mulai kehilangan pusat perhatian. Gubernur Ibu Kota, Pramono Anung, tidak lagi menjadi fokus utama seperti dulu.

Adi menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan pemilihan serentak pada tahun 2024, Jakarta telah menjadi pusat kepolitisan di Indonesia.

Menjadi pusat sorotan media, kursi Jakarta 1 dianggap anak tangga menuju kontestasi politik di level presiden.

Jokowi sampai Anies Baswedan, merupakan dua figur Gubernur Jakarta yang ikut bertarung dalam Pilpres.

Jokowi berhasil mengamankan kemenangan tersebut dan menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia untuk dua masa jabatan berturut-turut (2014-2024).

Akan tetapi, cerita kesuksesan Jakarta perlahan menghilang seiring naik daerahnya yang semakin dikenal dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Selayaknya kita mengakui bahwa saat Pilkada diselenggarakan secara serempak di seluruh tanah air yang mencakup 545 kabupaten, kota, serta provinsi, arah kebijakan politik tersebut sudah tidak lagi berpusat di Jakarta namun bergeser dengan bertahap.

“Perlahan-lahan arah kebijakan politik tersebut berpindah menuju Jawa Barat. Tentunya hal ini tak lepas dari pengaruh Gubernurnya, yakni Kang Dedi Mulyadi,” ungkap Adi dalam kanal YouTube-nya (@adiprayitnoofficial) yang dirilis pada hari Jumat, 23 Mei 2025.

Adi menyebutkan bahwa keunggulan Dedi Mulyadi terletak di keputusan-keputusannya yang unik dan seringkali menjadi topik pembicaraan orang banyak.

“Sekali lagi, tindakan-tindakan politik yang diambil Dedi Mulyadi sering kali bersifat luar biasa dan unik. Itulah mengapa langkah-langkahnya senantiasa mendapat sorotan, dikarenakan orang melihat adanya pendekatan segar serta ide-ide revolusioner yang belum pernah ada sebelumnya. Tentunya hal tersebut merupakan usaha untuk mencari solusi atas masalah-masalah yang hingga kini masih berlarut-larut tanpa penyelesaian,” jelasnya.

Adi mengatakan bahwa salah satu program yang menarik perhatian adalah penestablishment satuan tugas khusus untuk memerangi premanisme.

Kebijakan yang dicanangkan oleh Dedi Mulyadi pun telah menyebar sampai mendapat persetujuan dari pemerintahan pusat dan dieksekusi di tingkat nasional.

Program terpopuler ialah latihan disiplin untuk murid-murid bandel yang dilaksanakan di barak tentera.

Adi menyaksikan bahwa publik menanggapi program tersebut meski menggunakan pendekatan militeristik, walaupun terdapat perbedaan pandangan antara pendukung dan penentangnya.

Pengamatan terhadap beberapa siswa yang dikembalikan ke asrama menunjukkan perubahan signifikan; mereka kini lebih tenang dan tidak melakukan keributan seperti dulu.

Meskipun sebenarnya debat tersebut tidak menyelesaikan semua masalah, namun ini merupakan suatu percobaan yang menurut saya telah mendapat banyak perhatian serta menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat.

“Di beberapa area, ada banyak orang yang ingin meniru tindakan Dedi Mulyadi,” jelasnya.

Adi juga menyebutkan tentang aturan yang melarang meminta bantuan di tepian jalan serta larangan mengadakan upacara kelulusan dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

“Dedi Mulyadi contohnya mengharamkan pengumpulan dana di jalanan khususnya untuk pembangunan tempat beribadah serta sejenisnya, bahkan hingga pelarangan upacara wisuda bagi siswa dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas seperti ini merupakan serangkaian aturan yang menurut pandangan saya kerap kali menjadi bahan diskusi,” ungkapnya.

Semua acara Dedi Mulyadi tersebut ditayangkan melalui kanal media sosialnya yang mengikuti jumlah puluhan juta di berbagai platform.

Pada sementara waktu ini, Gubernur Jakarta, Pramono Anung, tertinggal cukup banyak dalam persaingan untuk menyiarakan programnya melalui platform media sosial.

“Dalam hal ini pula, kemudian orang tidak lagi membicarakan soal Jakarta, orang tidak lagi peduli dengan siapa Gubernurnya,” ungkap Adi.

Menurut Adi, program Pramono Anung setara dengan Dedi Mulyadi, cuma kurang terlihat karena tak banyak dipromosikan lewat media sosial.

Tetapi akibat resonansi serta paparan tersebut, Gubernur Jakarta tidak terlalu keras atau agresif seperti yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi.

Alamak wajar sekali jika lambat laun setiap harinya satu-satunya pemimpin lokal yang terus dibicarakan adalah Kang Dedi Mulyadi, tidak pernah sepi dari pembicaraan tentang dirinya.


Akses di
Google News
atau
WhatsApp Channel
Pastikan Tribunners telah menginstal aplikasi WhatsApp ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *