Politikus Israel: Setiap Balita dan Anak di Gaza Merupakan Musuh

Politikus Israel: Setiap Balita dan Anak di Gaza Merupakan Musuh


TEL AVIV,

Politisi dari sayap kanan Israel, Moshe Feiglin, mengatakan bahwa seluruh anak dan bayi di Jalur Gaza merupakan musuh.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh mantan anggota parlemen Israel itu melalui siaran langsung di televisi Israel.
Channel 14
.

“Musuh bukanlah Hamas dan tidak pula sayap militernya,” ungkap Feiglin saat siaranlangsung itu, pada hari Selasa (20/5/2025), sebagaimana dilansir dari sumber tersebut.
Middle East Eye
.

“Setiap anak di Gaza merupakan lawan. Kita harus menguasai Gaza dan menyudahi masalah ini, tak seorangpun anak di Gaza boleh tertinggal disana. Tidak ada keberhasilan selainnya,” ungkap politisi dari partai Likud yang diketuai oleh perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu tersebut.

“Tiap balita dan tiap anak di Gaza merupakan lawan,” tambahnya, demikian kutibannya.
Anadolu
.

Pada hari yang sama, Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Kadarurat Tom Fletcher mengingatkan bahwa 14.000 bayi di Jalur Gaza berisiko meninggal dalam waktu dua hari ke depan apabila tak diberikan pertolongan melalui bantuan kemanusiaan secara cepat.

Fletcher menyebut bahwa Israel hanya memperbolehkan lima truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza pada hari Senin, 19 Mei 2025.

Anak-anak di Gaza mengalami kelangkaan makanan dan perbekalan dasar karena blokade penuh yang diberlakukan Israel mulai tanggal 2 Maret 2025.

“Ada sekitar 14.000 bayi yang berisiko meninggal dalam 48 jam mendatang kecuali kita dapat menjangkau mereka,” ungkap Fletcher pada rilisan tersebut.
BBC Radio 4 Today
, Selasa, via
Independent
.

Segala risiko ditanggung oleh kami demi membawa makanan bayi ke para ibu yang tak dapat menyusui anak-anaknya akibat kondisi gizi buruk.

Sebaliknya, kelompok-kelompok di Israel tetap mempromosikan pidato perusakan massal di Gaza.

Pada hari Selasa, Rivka Lafair, seorang pemukim Israel yang bertempat di permukiman tidak sah bernama Shiloh di Tepi Barat, daerah Palestina yang telah dikuasai sejak tahun 1967, meminta agar seluruh penduduk Palestina di Gaza dibinasakan.

Lafair yang menyebut dirinya “Yahudi berprestise” dan “pejuang pemikiran independen”, dengan jujur menunjukkan hasratnya untuk membersihkan penduduk Palestina dari Gaza.

Anadolu Agency
, seperti dilaporkan oleh media Israel,
Haaretz
, melaporkan Lafair mengklaim bahwa hasil tersebut adalah sebagian dari objektif besar yang mencakup “transformasi kesadaran” serta “perubahan epistimologis yang dibutuhkan.”

“Agar bisa sukses dalam transisi epistemis yang signifikan ini, kita perlu mengakui bahwa kami memiliki lawan, menatap mereka langsung, dan mendorong mereka keluar,” ujarnya.

“Jangan melaksanakan hal ini secara sembunyi-sembunyi dari mereka, kita harus berinteraksi langsung dan tidak lewat perantara dengan orang-orang tersebut,” jelasnya.

Dia pernah mengungkapkan tekadnya untuk “membalas dendam” terhadap bayi hingga lansia di Gaza.

“Kami bersumpah untuk membalaskan dendam dan menghancurkan Gaza, mulai dari balita sampai lansia,” ujar Lafair.

Haaretz
menjelaskan Lafair sebagai penyedia workshop, rapat, dan diskusi kelompok seputar yoga; instruktur wanita dalam bidang yoga; serta pembinaan diri.

Ia disebut terkait dengan “YogiNazi”, gerakan pinggiran yang memadukan praktik spiritual dengan ideologi Nazi, kelompok yang relatif baru, tetapi merupakan subkultur yang mengakar kuat di Israel.

Profil Lafair mulai menarik perhatian publik sejak tanggal 7 Oktober 2023, dikarenakan keahliannya menggabungkan ide-ide yang kelihatannya saling berlawanan.

Di antaranya adalah spiritualitas dan genosida, empowerment dan pengungsian, yoga dan kelaparan, kesendirian serta bom-bom total.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *