Respon DPUPR Magetan Tentang Jalan Rusak di Tanjungsepreh: Muhtar Sebut LaluLintas Padat Bikin Jalan Cepat Rusak

Respon DPUPR Magetan Tentang Jalan Rusak di Tanjungsepreh: Muhtar Sebut LaluLintas Padat Bikin Jalan Cepat Rusak



– DPUPR Kabupaten Magetan memberikan keterangan mengenai keluhan sejumlah penduduk Tanjungsari, Kecamatan Maospati, yang marah karena kondisi jalanan hancur di area mereka.

Kepala Dinas PUPR Magetan, Muhtar Wahid mengungkapkan bahwa Pemkab Magetan tidak pernah abai terhadap hal ini dan jalan tersebut termasuk dalam daftar prioritas untuk diperbaiki.

“Sesungguhnya jalur itu telah menjadi keutamaan,” papar Muhtar Wahid.

Muhtar menyebut bahwa mereka telah bekerja sama dengan UPTD PUPR di daerah itu serta para pengusaha pertambangan; kendaraan dari sektor penambangan dinilai sebagai sumber utama kerusakan jalan. Akan tetapi, lalu lintas yang padat dari truk-truk tambang membuat kondisi jalanan kembali memburuk.

“Kami telah berkoordinasi dengan UPTD serta para penambang. Mereka yang menyiapkan bahan-material, sedangkan Dinas Pekerjaan Umum menyediakan aspal. Akan tetapi, sebab lalu lintas padat, jalan tersebut cepat rusak lagi,” terangnya.

Muhtar menyebutkan bahwa lebar jalan Tanjungseprah cukup sempit, tetapi untuk melakukan perluasan jalan mereka masih harus berkonsultasi lagi dengan masyarakat setempat. Hal ini disebabkan oleh masalah pengadaan tanah yang meliputi seluruh area panjang 3 km hingga ke daerah pariwisata serta menjadi bagian dari jalur nasional.

“Sempit memang jalannya. Apabila ada lebarnya, maka ini termasuk dalam perbaikan jalan yang seharusnya didiskusikan dengan warga,” katanya.

Terlihat adanya kerusakan pada jalanan desa Tanjungsepreh, Maospati, Magetan telah mendorong sejumlah besar penduduk setempat untuk mengambil tindakan dengan turun ke jalan raya. Penduduk tersebut mendesak pemerintahan kabupaten Magetan melaksanakan perbaikan dan pembangunan ulang infrastruktur jalan guna mencegah kondisi rusaknya menjadi lebih buruk lagi.

Bukan hanya melakukan protes di jalanan, mereka juga menghalangi akses ke jalan-jalan utama di desa mereka pada hari Rabu, tanggal 4 Juni 2025. Hal ini menyebabkan truk-truk yang membawa tebu dan atap genting tidak bisa lewat. Tindakan tersebut mencerminkan ketidakpuasan penduduk terhadap kerusakan infrastruktur jalan yang telah berlangsung lama tanpa ada tindakan signifikan untuk diperbaiki oleh pihak pemerintahan setempat.

Sebagian besar penduduk yang keluar untuk berdemonstrasi meruapkan pihak RT/RW, Dewan Musyarawah Desa (DMD), serta beberapa unsur masyarakat lokal. Mereka menginginkan respons langsung dari Bupati Magetan beserta Departemen Pekerjaan Umum dan Tata Kelola Wilayah (PUPR) atas kondisi jalanan Tanjungsepreh yang rusak dan diperkirakan belum mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

“Jalan-jalan di desa lain seperti Temboro dan Gulun sudah diperbaiki, tapi di Tanjungsepreh hanya tambal sulam. Truk bermuatan berat lewat terus, jalan makin rusak, bahkan sering menyebabkan kecelakaan,”kata Kepala Desa Tanjungsepreh, Parno

Kingkin Prasetyo, seorang penduduk yang terlibat dalam demonstrasi menuruni jalanan, menyebut bahwa jalan tersebut merupakan akses vital untuk mencapai Pondok Pesantren Temboro serta area pariwisata berbasis agama. Akan tetapi, kendaraan besar seperti truk dengan muatan melebihi batas ukuran dan kapasitas sering kali menggunakan rute ini dipandang semakin merusak kondisi aspalnya.

“Jalan ini telah rusak secara signifikan, kita sudah melakukan protes sebanyak dua kali. Yang pertama pada tahun 2017 lalu namun tidak ada perkembangan yang mencolok hingga kini. Jalan tersebut sempit sehingga kerap terjadi kecelakaan dan cukup merugikan aktifitas penduduk,” jelas Kingkin Prasetyo, salah satu warga setempat yang turut serta dalam aksi demonstrasi. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *