Program baru yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kini tetap menuai kontroversi di kalangan publik.
Proyek ini bertujuan menghentikan kehamilan berulang di kalangan kelompok dengan kondisi finansial sedang.
Program tersebut merupakan vasektomi untuk laki-laki.
Akan tetapi dalam kalangan masyarakat, program tersebut masih menimbulkan kontroversi yang berkelanjutan.
Vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP) adalah prosedur medis yang dilakukan dengan memotong, mengikat, atau menyumbat saluran sperma.
Hasilnya adalah agar sperma tidak mencampuri cairan ejakulasi, sehingga kemungkinan hamil bisa dicegah.
Vasektomi adalah salah satu cara kontrasepsi jangka panjang bagi laki-laki.
Tetapi baru-baru ini, ada salah satu penduduk yang bersedia melakukan hal itu dan menyetujui ide Dedi Mulyadi.
Hendra Gunawan (49), laki-laki berasal dari Purwakarta, Jawa Barat, memperlihatkan cara cinta pada istrinya yang istimewa.
Pada hari Rabu pagi, tanggal 4 Juni 2025, Dia dengan rela mengikuti proses vasektomi.
Suatu teknik kontrasepsi jangka panjang yang tersedia di Klinik Wijaya Kusuma, berlokasi di Kabupaten Purwakarta.
Bagi Hendra, keputusan besar ini bukan sekadar tindakan medis, melainkan manifestasi nyata dari cintanya kepada sang istri.
Ia memilih untuk mengambil tanggung jawab penuh dalam perencanaan keluarga demi kenyamanan dan kesehatan pasangannya.
“Karena saya sayang sama istri,” ucap Hendra saat ditanya alasannya mengikuti program tersebut.
Hendra dan istrinya telah memiliki dua anak yang kini duduk di bangku sekolah.
Mereka berdua setuju bahwa memiliki dua anak telah mencukupi dan lebih memilih untuk mengutamakan kualitas kehidupan serta merencanakan masa depan bagi buah hatinya.
“Persetujuan istrinya telah terkabul. Kamilah yang sejak lama merencanakan untuk mengikuti kontrasepsi permanen ini. Keputusan ini murni dari kesepakatan kita berdua, tidak disebabkan oleh tekanan ataupun bantuan,” jelas Hendra.
Program vasektomi ini adalah sebagian dari layanan publik “Nganjang ka Warga” yang diperkenalkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, serta dieksekusi oleh Badan Pemberantasan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BP-PKK) Kabupaten Purwakarta.
Dari 34 calon yang mengajukan diri, delapan individu melanjutkan untuk mendapatkan perlakuan pada hari tersebut setelah menyelesaikan serangkaian pengecekan medis yang komprehensif, termasuk pengujian tekanan darah dan tingkat glukosa dalam darah mereka.
” Kami perlu memastikan bahwa keadaan fisik mereka sungguh sudah siap. Harap jangan sampai terdapat catatan medis yang berpotensi mengancam,” ungkap Kepala DPPKB Purwakarta, Yayat Hidayat.
Setelah melaksanakan prosedur tersebut, para peserta segera mendapatkan dukungan sosial berupa garansi kehidupan serta kotak bahan pokok sebagai ungkapan terima kasih atas kontribusi mereka dalam upaya mengontrol populasi.
“Bantuan sosial ini datang dari DP3AKB Provinsi Jawa Barat dan berkolaborasi dengan instansi yang relevan. Umumnya hanyalah tunjangan hidup, namun pada hari ini turut hadir pula penambahan paket sembako,” jelas Yayat.
Perlu dicatat, terjadi perdebatan tentang anjuran menjadikan vasektomi sebagai kriteria untuk mendapatkan bantuan sosial di Jawa Barat.
Meski demikian, Gubernur Dedi Mulyadi sudah menjelaskan bahwa vasektomi tidak lah menjadi satu-satunya opsi di dalam program Keluarga Berencana (KB). Lebih jauh lagi, itu bukanlah persyaratan utama untuk mendapatkan bantuan sosial.
Sejak memegang jabatan, Dedi Mulyadi telah diberi beragam gelar oleh publik.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyasi saat ini telah memperoleh tujuh nama panggilan sekaligus.
Sebenarnya, Dedi Mulyadi baru berjalan 100 hari dalam jabatan sebagai Gubernur Jabar.
Diantaranya terdapat gelaran yang berasal dari perbuatannya yang memicu pendukung dan penentang.
Diketahui, Dedi Mulyadi kini menjabat sebagai Gubernur Jabar periode
2025-2030.
Dedi Mulyadi diresmikan oleh Presiden Prabowo pada hari Kamis tanggal 20 Februari 2025.
Sekarang, tepat 100 hari telah berlalu sejak Dedi Mulyadi mengambil posisi sebagai gubernur.
Walaupun sudah memegang jabatan selama kurang dari tiga bulan, Dedi Mulyadi telah menerapkan berbagai macam keputusan dan terobosan yang baru.
Bahkan, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, telah memperoleh tujuh nama panggilan berbeda dari kalangan masyarakat hingga pejabat lainnya.
Tujuh sebutan yang diberikan kepada Dedi Mulyadi antara lain Gubernur Lambe Turah, Raja Sunda, dan Gubernur Konten.
Lantas apa saja julukan Dedi Mulyadi tersebut? Simak penjelasannya.
1. Gubernur Konten
Nama julukan Gubernur Pertama kali disematkan oleh Gubernur Kaltim, Rudy Masud.
Dia menamakan Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Konten ketika bertemu bersama para gubernur lainnya dalam pertemuan dengan Komisi II DPR RI di Gedung Senayan, Jakarta, pada hari Selasa, 29 April 2025.
Rudy dengan sendirinya mengatakan bahwa ia menciptakan julukan itu sebagai bentuk pujian kepada rekannya yang sama-sama bertugas di satuan yang sama.
Saat itu, Dedi Mulyadi pun pernah memberikan tanggapannya terhadap sebutan yang ditujukkannya kepadanya.
Pak Dedi sering dimintai tahu, ‘Dari mana uang Pak Dedi untuk sewa tempat tinggal?’ Ia menjawab bahwa menjadi pengontrak itu lebih baik dibandingkan jadi gubernur karena jika jadi governor tidak membayar sewa, tetapi gajinya bisa langsung disalurkan kepada warga,’ ungkap Dedi ketika memberi sambutan pada Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2025 di Lapangan Gasibu, Bandung, hari Selasa tanggal 20 Mei 2025.
2. Raja Sunda
Sebelum dijuluki sebagai Gubernur Konten, orang tersebut pernah dikenal dengan sebutan Raja Sunda.
Julukan itu diberikan masyarakat lantaran pembawaan Dedi Mulyadi yang khas.
Di samping itu, dia juga sering menggunakan bahasa Sunda ketika berbicara.
Bahkan demikian, gelarnya tersebut pula dipengaruhi oleh pedulinya terhadap komunitas, minatnya akan seni dan warisan suku Sunda, sifat dasarnya, serta cara pidato uniknya.
3. One Man Show
Dedi Mulyadi pun mendapat sapaan One Man Show dari beberapa politikus yang menentang keputusan tentang pasukannya yang berbentuk barak militer.
Misalkan politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dr Gamal Albinsaid.
Dia tidak sepakat dengan ide gubernur Jawa Barat tentang program murid berperilaku buruk mengikuti pelatihan di barak tentara.
PKS juga pernah berpikir bahwa cara Dedi Mulyadi memimpin tanpa adanya diskusi dan monolog tunggal adalah suatu masalah.
4. Gubernur Lambe Turah
Satu di antara tujuh panggilan Dedi Mulyadi adalah Gubernur Lambe Turah.
Julukan itu awalnya muncul dari Anggota Komisi X dari Fraksi PKB, Andi Muawiyah Ramly.
Julukan itu diberikan Andi sebagai bentuk kritik pada Dedi Mulyadi yang tidak mengirimkan utusan dari Kormi Jawa Barat untuk hadir dalam acara Festival Olahraga Nasional (Fornas) yang digelar setiap dua tahun oleh Kormi.
5. Mulyono Jilid 2
Dedi Mulyadi juga menerima julukan Mulyono Jilid II. Untuk diketahui, Mulyono adalah nama kecil Presiden Ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).
Gelar tersebut berasal dari cara berpolitiknya yang umumnya menampilkan dirinya dalam interaksi langsung dengan publik, melakukan kunjungan ke daerah-daerahtanpa mengenal lelah. Hal itu membuat beberapa warganet menyamakannya dengan Joko Widodo.
6. Gubernur Pencitraan
Dedi Mulyadi pun dikenal dengan sebutan Gubernur Pencitraan.
Alasannya adalah Dedi diduga melakukan pencitraan di platform media sosial miliknya dengan memposting konten yang dia buat sendiri.
Tetapi akhirnya dia mengaku bahwa sebagian dari penghasilan konten miliknya diserahkan kepada masyarakat.
7. Bapak Aing
Dedi pun dikenal sebagai Bapak Aing oleh warga setempat.
Dedi Mulyadi pernah dikritik dengan sebutan itu ketika bertemu dengan keluarga para korban ledakan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut beberapa hari yang lalu.
Janji manis yang disampaikan Dedi Mulyadi kepada famili memicu sorakan keras dari Pak Aing di tempat tersebut.
Berita viral
lainnya
Lainnya informasi yang menarik dan komprehensif ada disini
Googlenews